30 Juni 2008

KAUM MUJAHIDIN MENCONTOH SIKAP KASAR SALAF TERHADAP KAUM MURTADDIN


“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Maidah:54)



Mereka itulah yang menjihadi kaum murtaddin yang tidak merugikan Allah sedikitpun, dan Dia siapkan mereka untuk membela agama-Nya dan menjaga pilar-pilarnya, Abu Bakar dan para sahabatnya RA, di tengah mereka ada auliyaullah dan orang-orang khusus pilihan Allah yang tentangnya Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kalian mencela sahabatku…”



Dan tentang mereka, Abdullah Ibnu Mas’ud RA berkata: “Siapa yang mencontoh maka hendaklah ia mencontoh terhadap orang yang sudah meninggal…” Merekalah orang yang menjaga petunjuk-petunjuk Nabi SAW dan tuntunannya dalam setiap hal besar dan kecil, mereka mengamalkannya dan mereka menyampaikannya.







Dan di antara hal itu adalah perintah Allah ‘Azza wa Jalla kepada kita untuk memerangi orang-orang kafir, orang-orang murtad, serta orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya SAW dengan tangan dan lisan secara bersamaan, bersikap kasar terhadap mereka, serta tidak mengenal rasa kasihan dan iba terhadap mereka, karena mereka telah menghalangi (orang-orang) dari jalan Allah sehingga mereka sesat dan menyesatkan banyak orang, Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka mendapatkan kekerasan daripadamu, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. at-Taubah:123)





Inilah sirah Nabi SAW di hadapan kita, dimana para sahabat RA bila perang berkecamuk dan musuh menghadang, engkau dapatkan mereka di belakang Nabi SAW dan melindungi diri dengannya, mereka membentengi diri dengan beliau dan beliau orang yang paling dekat terhadap musuh, serta yang paling keras dalam peperangan, padahal beliau adalah orang yang paling kasih sayang dan paling santun terhadap mereka, sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan tentangnya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi sekalian alam.” (QS. al-Anbiya’:107)





Dan berfirman pula tentangnya: “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali ‘Imran:159)



Tidak ada orang yang lebih penyayang terhadap umat ini daripada beliau, tapi apa yang beliau lakukan terhadap ‘Urariyyin? Yaitu orang-orang yang mengeluhkan penyakit kepada beliau, kemudian beliau mengutus mereka untuk berobat dari air susu dan air seni unta, terus mereka murtad dari Islam setelah mereka sembuh dan mereka membunuh si penggembala serta membawa pergi unta-untanya, maka Rasulullah SAW mengirim orang-orang untuk menyusul mereka, dan merekapun dihadirkan ke hadapannya, kemudian beliau memotong tangan dan kaki mereka, dan menusukkan paku-paku yang sudah panas dibakar ke mata mereka, kemudian beliau menghempaskan mereka di terik matahari dan tidak diberi air, sampai seorang di antara mereka menjilat-jilat tanah dengan mulutnya saking hausnya sehingga mati semuanya.







Ketahuilah bahwa Allah tidak menurunkan satu ayat pun dalam al-Quran ini dan tidak ada satu hadits pun dari hadits-hadits yang shahih lagi tsabit dari as-Sunnah ini melainkan suatu kaum telah mengamalkannya dan akan mengamalkan dengannya kaum yang lain—senang dengannya orang yang senang dan benci dengannya orang yang benci—.





Orang yang tergolong orang-orang yang bersyukur lagi teguh di atas dien ini dan berupaya keras lagi tabah di atas manhaj yang lurus ini lagi dicintai Allah dan Rasul-Nya SAW, maka sesungguhnya ia menjihadi setiap orang yang murtad lagi keluar menentang dien ini dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Rabbul ‘Alamin, serta ia bersikap kasar terhadap mereka.







Seperti keadaan mereka para thaghut murtaddin musuh-musuh dien ini yang telah melepaskan diri dari Islam secara total—walau mereka shalat, shaum, dan mengaku muslim—dan mereka intisab kepada kaum kuffar dan pemikiran-pemikirannya yang busuk, serta mereka membuat qawanin wadl’iyyah kemudian mereka diikuti manusia di dalamnya dan rela dengan kehinaan dalam dien mereka. Mereka hancurkan masjid-masjid yang menyiarkan al-haqq, mereka perangi jamaahnya, mereka buka pintu-pintuk kerusakan dan munkarat selebar-lebarnya, mereka halalkan darah dan kehormatan serta harta kaum muslimin, kemudian mereka membunuh, menahan, dan merobek kehormatan. Dan mereka hari ini berlaku biadab terhadap ikhwan kita yang terpenjara dan memperlakukannya dengan perlakuan-perlakuan yang kejam. Kita memohon kepada Allah agar mengadzab mereka dengan tangan-tangan kita di dunia sebelum di akhirat, melegakan dada kami dan menghilangkan panas hati kita.





Kemudian bagaimana kita tidak bersikap kasar terhadap mereka atau kita tidak berupaya menjihadi (mereka) sebagai bentuk pembalasan untuk ikhwan kami apalagi dari memeranginya dalam rangka membela dirn ini serta melindungi keutuhan Islam dan kaum muslimin. Allah Ta’ala berfirman: “Mengapakah kamu tidak memernagi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman, dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. at-Taubah:13-15)







Ini adalah support dari Allah Ta’ala, penyemangat dan memas-manasi (memanas-manasi?) untuk memerangi kafirin dan membabat mereka, dan terutama kaum murtaddin itu dengan cara yang dilakukan oleh as-salaf ash-shalih dari kalangan sahabat dan tabi’in yang mana mereka adalah sebaik-baik manusia untuk manusia.





Dimana Abu Bakar ash-Shiddiq RA menulis surat kepada Khalid Ibnul Walid seraya menyemangatinya saat datang berita kepada beliau bahwa ia menganggap besar Thulaihah dan orang-orang yang bersamanya, beliau berkata: “Hendaklah apa yang Allah karuniakan kepadamu menambah bagimu kebaikan, dan taqwalah dalam urusanmu karena sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat, tegaslah dalam urusanmu dan jangan lembek, dan kamu tidak mendapatkan kesempatan menghajar orang musyrik melainkan kamu membabatnya, serta orang yang engkau tangkap dari kalangan yang menentang Allah atau melawan-nya, dari kalangan yang engkau pandang bahwa dalam hal itu terdapat penyelesaian maka bunuhlah.”





Maka Khalid RA pun mengejar-ngejar mereka satu bulan seraya membalaskan dendam kaum muslimin yang dibunuh mereka yang berada di antara mereka saat mereka murtad, di antara mereka ada yang Khalid bakar dengan api, ada juga yang ia hancurkan kepadanya dengan batu, dan di antara mereka ada yang dijatuhkan dari atas gunung, kemudian Khalid memanggil Malik Ibnu Nuwairah dan ia kabarkan kepadanya tentang apa yang muncul darinya, berupa sikap mengikuti Sajah—yang mengaku Nabi—dan sikap dia menolak memberikan zakat, dan Khalid berkata: “Apa kamu tidak tahu bahwa ia penyerta shalat?” Maka ia berkata: “Sesungguhnya sahabat kamu mengklaim itu.” Maka Khalid berkata: “Apa dia sahabat saya dan bukan sahabatmu, hai Alirar penggal lehernya!” Maka ia menebas lehernya, kemudian beliau perintahkan agar kepalanya disertakan dengan jarin (alas jemur kurma) dan dimasak pada tiga periuk.





Semua ini agar mengambil pelajaran dengannya orang yang mendengar berita mereka, yaitu orang-orang Arab yang murtad. Sehingga Khalid Ibnul Walid RA jelas adalah sebagai pedang Allah terhadap musyrikin dan murtaddin, dimana ash-Shiddiq RA menugaskannya untuk memerangi mereka, sehingga ia lega dan melegakan.







Inilah Zaid Ibnul Khaththab RA dalam peperangan melawan Ahlul Yamamah, beliau menyemangati para sahabat untuk terus memerangi seraya berkata: “Hai manusia, gigitkan geraham kalian, pukul mundur musuh kalian, dan terus maju ke depan!”





Ini juga putra Abu Quhafah ash-Shiddiq RA berkata: “Bakar Fuja’ah di Baqi!” dan sebabnya adalah bahwa ia datang kepadanya, terus ia mengklaim bahwa ia telah masuk Islam dan meminta beliau agar menyiapkan pasukan bersamanya untuk memerangi kaum murtaddin, maka beliaupun menyiapkan bersamanya pasukan, dan tatkala sudah jadi maka ia tidak melewati seorang muslim pun dan orang murtad melainkan ia membunuhnya dan mengambil hartanya. Tatkala ash-Shiddiq mendengar berita itu maka beliau mengirim pasukan di belakangnya, kemudian pasukan itu membawa dia dan tatkala beliau menguasainya maka beliau mengirim dia ke Baqi, terus kedua tangannya diikat ke belakangnya dan kemudian dilemparkan ke dalam api dan membakarnya sedang dia telungkup.





Ini juga Ali bin Abi Thalib RA, saat beliau memberikan support sahabat untuk memerangi Khawarij musuh-musuh Allah, maka sahabat tidak memperlambar dari sedikit pun dalam hal itu. Dan apa yang beliau lakukan terhadap Syiah adalah dalil yang paling nyata terhadap sikap ini, dimana beliau menyalakan api besar dan melemparkan mereka di dalamnya.





Sungguh para sahabat RA itu memiliki sikap kasar terhadap kaum murtaddin dan sikap cemburu terhadap dien ini, dan andaikata mereka berada pada zaman ini tentu mereka tidak akan duduk walau sebentar atau libur sesaat dari memerangi mereka dan membabat mereka. Jadi kita mengikuti tapak-lacak mereka dan kami ber-azzam kuat untuk menghidupkan sunnah mereka, serta kami akan terus berperang, membunuh, membakar, mencincang musuh-musuh Allah—sebagai pembalasan atas apa yang diderita ikhwan kami semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka—dan bersikap kasar terhadap mereka serta setiap apa yang dilakukan oleh as-sabiqun al-awwalun terhadap orang-orang yang keluar dari ajaran Rabbul ‘Alamin, sumpah demi Allah seandainya kami mendapatkan sunnah lain tentang dahsyatnya qital dan teror bagi musuh yang belum kami ketahui tentu kami akan bergegas mengamalkannya dan menghidupkannya sehingga kami benar-benar salafiyyin1 sesungguhnya dan tergolong at-tabi’ina lahum bi ihsan (orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik yang Allah ridha terhadap mereka dan mereka ridha terhadap-Nya serta dia persiapkan bagi mereka jannah yang mengalir di bawahnya sungai seraya mereka kekal selama-lamanya di dalam-Nya, itulah kemenangan yang besar.





Jadi, operasi-operasi (jihd) yang dilakukan ikhwan kami hafizhahumullah di banyak tempat berupa peledakan dan penghancuran berbagai markas thaghut-thaghut yang kokoh, auliya mereka, dan kaki tangannya, dan juga tempat-tempat kerusakan dan kemunkaran, membakarnya dan memberikan pelajaran terhadap para pelakunya yang memungkinkan untuk menghabisi kaum murtaddin dan memukul mereka secara telak adalah bukti terbesar atas sikap kasar kaum mujahidin terhadap orang-orang yang keluar dari dien ini dan bukti bahwa mereka itu mencontoh para pendahulu mereka yang shalih, sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi.” (QS. al-Anfal:67) Dan berfirman: “Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka.” (QS. Muhammad:4)







Dan kami akan terus memberikan support demi tetap teguh di atas jalan ini, sebagaimana yang dilakukan oleh ash-Shiddiq dan diikuti Khalid dan sahabat lainnya RA, berupa pembunuhan, pemberian pelajaran, pembakaran, dan sikap kasar.





Dan kami belum melegakan dada kami sama sekali, karena kami belum melakukan pembunuhan seperti yang dilakukan sahabat, dimana mereka RA telah membunuh para perang Yamamah melawan Bani Hanifah sekitar 10.000 tentara, an ada yang mengatakan 21.000 tentara, dan di satu hari mereka membunuh 14.000 orang, 7.000 di waktu pagi dan 7.000 lagi di waktu sore. Dan tatkala Abu Bakar RA memanggil Khalid Ibnul Walid, maka iapun datang ke Madinah dengan mengenakan baju besinya yang berkarat karena banyak terkena darah. Begitu juga Ali Ibnu Abi Thalib RA pada masa kekhilafahannya, beliau dalam satu peperangan membunuh 4.000 orang Khawarij dan tidak selamat darinya kecuali 400 orang, dimana para sahabat tidak mendapatkan pimpinannya karena banyaknya mayat yang bertumpuk satu sama lain, dan begitu pula kepala-kepala mereka diambil dan diletakkan di jalanan menuju masjid al-Kabir di Damaskus kemudian dijadikan berumpak-umpak. Dan ini semua karena banyaknya yang dibunuh yang mana kita hari ini masih jauh darinya.







Inilah sunnah sahabat RA, jalan mereka dan manhaj mereka bagi orang yang ingin menjadi salafi sebenarnya, bahkan ia adalah jalan Nabi SAW. Dan dengan ini Allah Ta’ala memerintahkannya dalam surat at-Taubah dan at-Tahrim. Dia berfirman: “Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafiq, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka itu adalah neraka Jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. at-Tahrim:9)





Dan ia adalah sifat mukminin yang jujur yang sabar lagi berjalan di atas manhaj ini, Allah Ta’ala berfirman tentang mereka dalam surat al-Fath: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku’ dan sujud….” (QS. al-Fath:29)







Maka Antum ikhwani al-mujahidin, teruskan upaya penghancuran para perusak—yang kotor lagi najis—itu serta taqarrub kepada Allah dengan memenggal leher-leher mereka sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Jika kamu menemui mereka dalam peperangan, maka cerai-beraikanlah orang-orang yang di belakang mereka dengan (menumpas) mereka, supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. al-Anfal:57)







Dengan hal itu, kita mengharap ridha Allah Ta’ala dan kemenangan dengan meraih jannatun-na’im bersama para Nabi, ash-shiddiqin, asy-syuhada’, dan ash-shalihin, dan mereka itu sebaik-baiknya teman.





(Dan kamu sungguh akan mengetahui (kebenaran) berita ini setelah beberapa waktu lagi)





Sumber :



Majallah al-Jama’ah | al-Jazair | edisi 13 | Shafar 1418 H



http://www.almaqdese.com

1 Ya, salafiyyin sebenarnya, bukan salafiyyin sekedar pengakuan dan klaim saja sebagaimana realita sekarang, dimana mereka membela-bela para thaghut murtad dan lembut terhadap mereka, tidur di pangkuannya, bahkan ada yang menjadi anshar setia bagi mereka, membaiatnya sebagai pemimpin, loyal penuh terhadapnya, dan bahkan di antara mereka ada yang menjadi thaghut. Di sisi lain, mereka bersikap kasar dan bahkan memusuhi kaum muwahhidin yang bara dari para thaghut itu. Itulah realita salafi maz’um… (Pent).

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda