01 Juli 2008

Sejarah Pergerakan Umat Islam 1920-1930

Januari 1920
Didirikan “Perserikatan Madura” buat pergerakan sosial dan ekonomi kaum Madura.

9 Mei 1920
A.J. Patty mendirikan Sarekat Ambon (SA) dan organisasi-organisasi pendahulunya sejak tahun 1909 bertujuan untuk melindungi kepentingan-kepentingan orang Ambon.

23 Mei 1920
Sayap kiri partai SI di bawah pimpinan Semaun membentuk Perserikatan Komunis Hindia sebagai pengganti ISDV, yang merupakan cikal-bakal PKI. Pada mulanya anggota Semaun juga tetap menjadi anggota SI.

Golongan Komunis di dalam SI melalui Darsono menyatakan ketidak-percayaan terhadap kepemimpinan Cokroaminoto, terutama mengenai persoalan keuangan.

Nopember 1920
Sosrokardono di hukum dengan 4 tahun penjara oleh Raad van Justitie Betawi (Jakarta) atas dakwaan menyertai perkumpulan yang bermaksud melakukan kejahatan (Afdelling B).

24 Desember 1920
Dalam kongres PKI di Semarang, di ambil keputusan akan memasukkan PKI ke dalam Comintern (Communits International), yang merupakan forum dan pusat eksekutif bagi partai-partai Komunis seluruh dunia. Putusan di ambil akan menyertai Internationale ketiga di Moskwa.

2-6 Maret 1921
Dalam kongres SI kelima di Yogyakarta, ditetapkan keterangan yang baru tentang dasar SI (pengganti keterangan dasar 1917), keterangan baru ini adalah hasil persetujuan dengan kaum Komunis. Oleh karena maksud SI itu bercocokan dengan maksud kebanyakan organisasi rakyat dan pergerakan kaum buruh seluruh dunia, maka SI pun mau bekerja bersama-sama dengan segala partai yang sepikiran dari segala negeri, tetapi dengan memperhatikan agama Islam.

Dibicarakan sikap terhadap Komunisme, kebengisan Kapitalisme dan partij-discipline. Keputusan tentang ini di undur sampai kongres yang akan datang.

Pada Kongres SI kelima, Semaun melancarkan kritik terhadap kebijaksanaan SI pusat, sehingga timbul perpecahan. Di satu pihak aliran yang mendambakan aliran ekonomi dogmatis diwakili oleh Semaun, dan aliran Nasional keagamaan diwakili oleh Cokroaminoto.

Sebagai penyelesaian ketidak-percayaan Darsono terhadap Cokroaminoto, maka dalam kongres tersebut dibentuklah sebuah komisi penyelidik urusan keuangan yang beranggotakan Darsono dari SI Semarang, Said dari SI Malang dan Suroso dari SI Mojokerto.

6-11 Oktober 1921
Kongres SI ke-enam diadakan di Surabaya, dan disetujui adanya disiplin partai. Cokroaminoto tidak bisa datang (hadir), sebab dalam tahanan berhubung dengan tuduhan sumpah palsu dalam perkara Afdeling B itu (Cokroaminoto menerangkan tidak mengetahui sama sekali tentang adanya Afdeling B di Garut).
Partai SI memberlakukan peraturan partai yang baru, yang tidak lagi memperbolehkan adanya keanggotaan yang ganda, akhirnya terjadilah perpecahan yang nyata dalam SI yang selanjutnya mempertegas wajah ke-Islam-annya. Sebagai akibat dilaksanakannya disiplin partai, maka Semaun, Tan Malaka dan kawan-kawannya dikeluarkan dari SI.

Dua masalah besar yang menjadi agenda pokok Kongres Luar Biasa (Kongres SI ke-enam) ini adalah : pertama, masalah disiplin partai dan kedua, masalah penyusunan kembali asas SI. Dalam kongres itu, H.

Agus Salim merumuskan arah dan tujuan SI dengan menyusun rancangan Keterangan Asas (Beginsel Verklaring) bagi SI.

Kongres PKI Semarang : Tan malakan & Semaun


24-25 Desember 1921
Kongres PKI di Semarang adalah sama sekali bersifat Komunis. Dengan terus-terang mereka itu mengakui bahwa pemimpin-pemimpin Sovyet yang besar (seperti Lenin dan Trotsky) sebagai pahlawan-pahlawannya. Kongres itu di pimpin oleh Tan Malaka, karena ketuanya Semaun dan wakil ketua Darsono sudah berangkat ke luar negeri dalam bulan Oktober 1921 untuk merapatkan perhubungan dengan Moskow. Pada kongres ini di ambil keputusan menyusun cabang-cabang SI yang ke luar dari CSI itu, dalam satu CSI “Merah” guna menandingi CSI “Putih” dari Cokroaminoto.

Tahun 1921
Di Timor, berdiri Timorsch Verbond (Persekutuan Orang-orang Timor) didirikan oleh orang-orang Timor yang keluarga-keluarganya berasal dari Roti dan Savu untuk melindungi kepentingan-kepentingan rakyat Timor.

29 Januari 1922
Rapar-rapat di beberapa tempat yang disertai juga oleh Budi Utomo untuk mendapat Undang-undang pokok tentang aturan pemerintahan yang baru.

April 1922
All Indie-Congres dari NIP di Bandung.

3 Juli 1922
Perguruan kebangsaan Taman Siswa berdiri di Mataram (Yogya) di bawah pimpinan Suwardi Suryaningrat, yang kemudian berganti nama Ki Hajar Dewantoro. Satu-satunya perguruan kebangsaan yang sangat cepat berkembang di seluruh pelosok Indonesia. Orang-orang pergerakan sekuruhnya mendukung perguruan itu. Tujuannya mengganti sistim pendidikan dan pengajaran kolonial dengan sistim baru berdasarkan kebudayaan bangsa sendiri.

Agustus 1922
Cokroaminoto dibebaskan dari tuduhan sumpah palsu oleh Raad van Justitie.

September 1922
Atas anjuran Semaun, didirikan Federatie Vakbond di Indonesia.

31 Oktober - 2 Nopember 1922
Sebagai imbangan daripada “All-Indie Congres” (yang diadakan dalam tahun 1929 di Bandung dan yang mempropagandakan tujuan NIP menuju persatuan bangsa dan kemerdekaan atas dasar jadi bangsa Hindia), CSI mengadakan “Kongres al-Islam” di Cirebon yang pertama. Kongres ini bermaksud mengusahakan tercapainya persatuan aliran dan kerjasama antara semua Muslimin terhadap masalah-masalah hangat yang mengenai Islam (Pan-Islamisme).

4-5 Nopember 1922
Bonsvergadering luar biasa dari BU untuk mendapat perubahan aturan pemerintahan yang luas.

12 Nopember 1922
Radicale Concentratie ke-2 didirikan sebagai organisasi dari segenap pergerakan rakyat dan sekerja; bukan parlementaire combinatie saja. CSI menggabungkan diri kepada Radicale Concentratie, tetapi pengaruhnya dalam organisasi ini hanya sedikit.

Tahun 1922
Indische Vereeniging (IV) berubah menjadi Indonesische Vereeniging (IV).

Januari 1923
Kaum Betawi berdiri, berpolitik cooperatie, menyatakan kaum Jakarta di bawah pimpinan M.H. Thamrin. Di Batavia, berdiri Kaum Betawi yang giat berusaha memajukan hak-hak warga Indonesia “asli” dari Batavia.

17-20 Pebruari 1923
Kongres Nasional SI diadakan di Madiun. Di sana dipertimbangkan, bahwa bentuk organisasi SI itu (perkumpulan setempat terikat oleh satu badan pusat) menghalangi tumbuhnya pergerakan ini (dalam cabang-cabang yang hanya dengan lemah terikat, orang-orang dari aliran lain mudah mendapat pengaruh). Kongres mengambil keputusan akan mendirikan suatu “Partai SI” (PSI yang terdiri dari anggota-anggota yang aktif, yang akan bekerja dalam SI setempat-setempat itu untuk kepentingan partai). CSI akan tetap ada buat sementara waktu sebagai suatu badan penghubung.

Dalam Kongres SI ke-tujuh di Madiun, yang memutuskan bahwa Central Sarikat Islam (CSI) di ganti menjadi Partai Sarikat Islam (PSI). Alasan pokok untuk memulai struktur baru tersebut ialah anggapan bahwa bentuk lama membahayakan kepemimpinan organisasi, oleh sebab kedudukan yang banyak-sedikitnya bebas dari satuan-satuan Sarekat Islam lokal, sedangkan sebaliknya CSI di anggap bertanggung-jawab terhadap segala macam kekurangan dan kesalahan dari organisasi lokal. Koordinasi antara Sarekat Islam lokal dan bimbingan dari CSI sering sekali di hambat oleh langkah-langkah ataupun tindakan-tindakan pemerintah.

Selanjutnya ditetapkan berlakunya disiplin partai. Di pihak lain, cabang-cabang SI yang mendapat pengaruh Komunis, menyatakan dirinya bernaung dalam Sarekat Rakyat, yang merupakan bangunan bawah Partai Komunis Indonesia (PKI).

Kongres Nasional di Madiun itu juga membicarakan sikap politik partai terhadap pemerintah. Suatu hal yang menarik dari kongres ini adalah adanya perubahan sikap partai terhadap pemerintah. Perubahan sikap yang di maksud adalah bahwa partai tidak lagi mempercayai pemerintah, oleh karena itu partai akan menolak kerjasama dengan pemerintah (politik non-koperasi) melalui Volksraad. Sikap partai yang mulai berubah ini disebabkan antara lain oleh penahanan terhadap pemimpin utama SI Umar Said Cokroaminoto selama tujuh bulan dalam tahun 1921-1922 karena di tuduh terlibat dalam SI Afdeling B.

Maret 1923
Kongres PKI di Bandung dimana diterangkan perbedaan antara PKI dan PSI yang dikatakan “kapitalistisch” sifatnya.

8 Juni 1923
Semaun di tahan karena persdelict. Pemogokan besar (lebih dari 2.500 orang) pada perusahaan kereta api di Jawa. Terbitnya pasal 161 bis Buku Kitab Hukum Pidana (larangan ajakan akan mogok). Pembatasan hak berkumpul dan bersidang di tambah lagi.

Tahun 1923
S.M. Kartosuwiryo memasuki gerakan pemuda Jong Java di Surabaya, dan tidak lama setelah itu menjadi ketua cabang Jong Java di Surabaya.

PKI mendapat kekuatan di kalangan buruh. Sebagai akibat dari depresi ekonomi, maka upah buruh diturunkan dan banyak buruh yang diberhentikan. Sehingga pada tahun itu, buruh kereta api yang tergabung dalam Vereeniging voor Spoor en Tramweg Personeel (VSTP) mendesak dilancarkannya pemogokan untuk menuntut kenaikan upah. Ternyata pemogokan gagal dan pemimpinnya di buang.

Akibat dari pembatasan gerak Jamiyatul Khair di Jakarta, maka berdirilah PERSIS (Persatuan Islam) di bawah Kiai Hasan di Bandung. Organisasi ini berusaha meningkatkan kesadaran beragama dan semangat ijtihad, dengan mengadakan dakwah dan pembentukan kader melalui madrasah dan sekolah. Pemberantasan kemaksiatan merupakan tujuan utama PERSIS.

19-21 Mei 1924
Kongres al-Islam ke-2 yang diadakan di Garut, dan di pimpin oleh Agus Salim (PSI) dan Pengurus Besar Muhammadiyah. Maksud kongres itu ialah memajukan persatuan kaum Muslimin, oleh karena itu kongres harus turut bekerja bersama-sama menyelesaikan soal tentang khalifah, yang mengenai seluruh Muslimin.

26-28 Juni 1924
Kongres BU di Solo; diperkuatkan azas kebudayaan Jawa; daftar usaha untuk tiga tahun ditetapkan; akan didirikan sekolah-sekolah, perkumpulan joged dan gamelan, tonil dan kepanduan.

27 Juni 1924
Putusan Belanda untuk mengasingkan (interneering) H. Misbach, propagandis dari Sarikat Rakyat di Solo ke pulau Papua Utara (Manokwari). Kongres PKI menetapkan susunan partai. Perubahan nama Perserikatan Komunis di Hindia menjadi PKI (Partai Komunis Indonesia)

11 Juli 1924
Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie Club) didirikan oleh dr. Sutomo, di Surabaya. Kelompok studi ini dimaksudkan agar dapat menyatukan elit baru, dan mengembangkan kesadaran Nasionalisme Indonesia.

8-11 Agustus 1924
Kongres Nasional SI diadakan di Surabaya. Antara lain dibicarakan pula disini soal non-koperasi terhadap Dewan Rakyat, di ambil keputusan akan menentang kaum Komunis dengan giat. Dibicarakan program politik yang baru. Ditetapkan politik berazas Islam non-cooperatie. Diputuskan akan melawan Komunisme. Soal-soal agama diserahkan pada “al-Islam Congres”.

24-26 Desember 1924
SI mengadakan “Kongres al-Islam Luar Biasa” (Kongres al-Islam ke-3) di Surabaya, untuk membicarakan tentang pengiriman wakil Indonesia ke Kongres Khalifah yang akan diadakan di Kairo dalam bulan Maret 1925. Akan di kirim sebagai wakil ialah Haji Fachruddin (anggota Pengurus Besar Muhammadiyah dan Pengurus Besar CSI), Suryopranoto (Komisaris CSI dan ketua perkumpulan-perkumpulan sekerja) dan Haji Abdul Wahab (ketua perkumpulan-perkumpulan agama di Surabaya).

Desember 1924
Kongres PKI di Mataram (Yogya). Diperkuat patij-discipline Sarikat Rakyat akan dihapuskan, karena masih bersifat bourgeoisie; lambat-laun sarikat sekerja dipentingkan.

Jong Java berkongres di Mataram (Yogya). Jong Java tidak setuju dengan politik dan Islamisme dalam Jong Java.

Januari 1925
Berdirinya Jong Islamieten Bond. S.M. Kartosuwiryo terjun ke dalam politik ketika memasuki perhimpunan “Jong Java” di Jakarta, dimana karena ketekunan dan keaktifannya ia pernah menjadi ketuanya. Ketika anggota-anggota Jong Java yang lebih mengutamakan ke-Islam-annya keluar dari Jong Java dan mendirikan Jong Islamieten Bond pada tahun 1925. Kartosuwiryo pindah organisasi ini, dan tidak lama kemudian menjadi ketua cabang Jong Islamieten Bond di Surabaya.

Pebruari 1925
Didirikan “Sarekat Madura” di Surabaya, beraksi politik.

21-27 Agustus 1925
Dalam kongres CSI di Yogyakarta (diadakan bersama-sama dengan “Kongres al-Islam ke-4”), Cokroaminoto mencoba memperbaharui SI dengan jalan Pan-Islamismenya, Nasionalisme Islam, aksi menentang Kapitalisme, non-koperasi terhadap badan-badan perwakilan.

19 Nopember 1925
Belanda mengeluarkan ordonansi bertujuan menambah pembatasan pada hak berkumpul dan bersidang.

29 Nopember 1925
Kelompok Studi Umum (Algemene Studie Club) didirikan di Bandung, atas prakarsa anggota PI (Perhimpunan Indonesia), para Nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di kota itu. Dari lingkungannya dapat di baca, bahwa kelompok studi ini lebih mengarahkan usahanya di bidang politik, memantapkan penyebaran Nasionalisme melalui pembentukan organisasi baru.

21-23 Desember 1925
Kongres Nasional ke-12 dari CSI bekerja bersama-sama dengan Muhammadiyah; dibicarakan keluhuran Islam, kewajiban orang akan naik haji dan soal khalifah. Dibicarakan juga pergerakan kemerdekaan kaum Riff. Ditetapkan haluan non-cooperatie.

Tahun 1925
Berdiri Pakempalan Politik Katolik Jawa (Persatuan politik orang-orang Jawa yang beragama Katolik) mengabdi kepada kepentingan-kepentingan kelompok minoritas itu.

Indonesische Vereeniging (IV) di ganti dengan nama baru, yaitu Perhimpunan Indonesia (PI). Pimpinan PI yang muncul pada waktu itu ialah Iwa Kusuma Sumantri, JB. Sitanala, Mohammad Hatta, Sastramulyono dan D. Mangunkusumo, dan majalahnya bernama “Indonesia Merdeka”. Organisasi PI bertujuan :

Menyadarkan para mahasiswa, agar mempunyai komitmen yang bulat tentang persatuan dan kemerdekaan Indonesia. Sebagai elit intelektual dan profesional harus bertanggung-jawab untuk memimpin rakyat melawan penjajah.

PI harus membuka mata rakyat Belanda bahwa pemerintah kolonial sangat opresif, dan meyakinkan rakyat Indonesia tentang kebenaran perjuangan kaum Nasionalis.

Mengembangkan ideologi yang bebas dan kuat, di luar pembatasan-pembatasan Islam dan Komunisme.
8-10 Januari 1926
“al-Islam Congres” di Cianjur. Dibicarakan kongres besar Islam di Mekkah dimana akan ditentukan pemerintahan di kota-kota suci. Berhubung dengan itu ditetapkan Cokroaminoto (SI) dan Haji Mansur (Muhammadiyah) sebagai utusan ke Mekkah untuk meminta keterangan.

31 Januari 1926
Lahirnya perkumpulan/jam’iyatul Nahdlatul Ulama di Surabaya, dari ulama-ulama yang tidak menyetujui MAIHS karena menyokong Ibnu Saud dalam kekuasaan atas agama. NU adalah organisasi sosial keagamaan atau jam’iyyah diniyah Islamiyah yang didirikan oleh para ulama, yang bertujuan tidak saja mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam, tetapi juga memperhatikan masalah sosial, ekonomi dan sebagainya, dalam rangka pengabdian kepada ummat manusia.

Perkumpulan keagamaan Nahdlatul Ulama didirikan sebagai :

Reaksi terhadap kebangsaan dan hasil baik dari golongan modernis, dan teristimewa

Karena kaum ulama orthodoks takut, bahwa niat SI dan Muhammadiyah tentang Kongres Dunia Kaum Islam yang ada di bawah pengaruh Raja Ibnu Saud, akan mendatangkan pengaruh Wahabi di negeri ini.
Maret 1926
Nederlandsch-Indonesisch Verbond van Jongeren-Organisatie didirikan atas anjuran Notosuroto di negeri Belanda, bermaksud menguatkan persahabatan antara bangsa Indonesia dengan Belanda, melawan azas Perhimpunan Indonesia.

30 Maret - 2 April 1926
“Indonesisch Jeugd Congres pertama” di Jakarta di bawah pimpinan Tabrani untuk mempersatukan pergerakan pemuda Indonesia.

26 Mei 1926
Belanda menetapkan bahwa pegawai negeri tidak boleh menjadi anggota PKI dan SR (Sarekat Rakyat).

1 Juni 1926
Adalah permakluman dari Raja Ibnu Saud tentang kongres Islam sedunia untuk membicarakan pemerintahan di Madinah dan Mekkah, dalam kongres dunia yang diadakan di Mekkah itu. Berhubungan dengan inilah, maka Komite Kongres al-Islam (suatu badan tetap), yang didirikan menurut keputusan Kongres al-Islam ke-2 di Garut, dalam Kongres al-Islam ke-5, memutuskan akan mengirim itu ialah H. Umar Said Cokroaminoto (CSI) dan K.H. Mas Mansur (Muhammadiyah) sebagai utusan.

Oleh karena dengan hal demikian, Kongres al-Islam itu menggabungkan diri pada kongres dunia di Mekkah itu, maka lalu Kongres al-Islam itu di ganti namanya dengan “Kongres Islam Sedunia cabang Hindia Timur” atau MAIHS (Muktamar al-Alam al-Islam far’al Hind asy-Syarqyah).

September 1926
Kedua utusan kongres sedunia itu menyampaikan laporan perjalanannya kepada kongres bersama dari PSI dan MAIHS (Kongres al-Islam ke-6), yang diadakan di Surabaya. Di ambil keputusan ketika itu mengadakan kantor tetap dari MAIHS di Surabaya, di bawah pimpinan Agus Salim. Sesudah ini maka aksi untuk agama Islam diperhebat dan juga diadakan propaganda untuk “Hadz organisasi Hindia”. Organisasi ini didirikan sebagai badan penerangan perjalanan untuk orang-orang yang hendak naik haji.

Nahdlatul Ulama juga berkongres di Surabaya untuk menentang juga haluan PSI dan MAIHS. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (perserikatan mahasiswa) atau PPPI didirikan.

Pada bulan yang sama, lahirlah sebuah “Comite Persatuan Indonesia”, dalam komite ini turut duduk semua studie club, SI, Muhammadiyah, Jong Islamieten Bond, Pasundan, Persatuan Minahasa, Sarekat Ambon dan Sarekat Madura.

12 Nopember 1926
Pemberontakan hebat dari kaum Komunis di seluruh pulau Jawa (yang amat hebat di Jakarta dan sekitarnya, dan juga Pasundan).

1-5 Desember 1926
Kongres bersama SI dan MAIHS (Kongres al-Islam ke-7) di Bogor, dikemukakan oleh MAIHS kemarahannya terhadap sangat banyaknya campur-tangan pemerintah dalam urusan agama Islam. Oleh karena itu di ambil suatu mosi menentang peraturan-peraturan pemerintah yang mengenai perkawinan, urusan masjid-masjid dan pelajaran agama Islam.

26 Desember 1926
PSI cabang Surabaya mengambil mosi tidak setuju dengan sikap dr. Sutomo yang bercita-cita supaya kaum intellectueelen Indonesia dapat jabatan yang tinggi-tinggi dan opportunisme.

Partij-discipline SI dilakukan terhadap Studieclub dan perhubungan SI dengan Studieclub diputuskan.

Kongres Jong Islamieten Bond di Mataram. Dibicarakan Islam dan Nasionalisme; dianjurkan persahabatan dengan Jong Java.

Kongres Jong Java di Mataram (Yogya); menganjurkan Nasonalisme Indonesia.

Januari 1927
Pemberontakan Komunis di Sumatra Barat di bawah pimpinan H. Datuk Batuah. Pemberontakan itu dengan mudah di tumpas oleh pemerintah, karena tidak terorganisasikan dengan baik, dan lagi pemberontakan sifatnya lokal.

14-17 Januari 1927
Di kongres kombinasi SI-MAIHS (Kongres al-Islam ke-8) yang diadakan di Pekalongan, dimana dibicarakan lagi sikap Belanda yang mengatur soal-soal Islam. Ditetapkan sekali lagi mosi itu dan disiarkan di seluruh pulau Jawa. Keputusan yang di ambil, berupa “pertanyaan terbuka” dan sebagainya. Pertanyaan itu ialah :

“Berdasarkan hukum manakah pemerintah jajahan itu mencampuri urusan agama Islam, padahal katanya ia berdiri di luar segala agama. Dapatkah ada kepercayaan antara sesuatu bangsa dan sesuatu pemerintah yang berbedaan agamanya, jika bangsa itu tidak dibiarkan menjalankan agamanya dengan semerdeka-merdekanya”

Pertanyaan-pertanyaan ini beserta penjelasannya disebarkan pada 9 Mei 1927 di seluruh Jawa.

Oleh kongres juga di ambil putusan akan mengirim 3 utusan ke Kongres Islam Sedunia di Mekkah yang akan datang. Di dalam anggaran dasar oleh kongres disebutkan maksudnya sebagai “menuju kemerdekaan kebangsaan yang berdasarkan agama Islam”. Di ambil juga keputusan akan mencari perhubungan dengan “Liga untuk menentang tindasan jajahan”. PSI memperbaharui organisasinya dengan mengadakan 3 departemen daerah (Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur), masing-masing departemen daerah itu mempunyai ketua muda.

Pebruari 1927
Perserikatan Pemuda Indonesia berdiri di Bandung untuk menyatukan pelajar-pelajar dari seluruh Indonesia.

Juni 1927
Di Bandung, Kaca Sungkana salah seorang pendiri “Jong Indonesia” dan propagandis “Indonesia Bersatu/Indonesia Merdeka” mendapat tugas tertulis dari Ir. Sukarno untuk mempropagandakan tentang PNI, yang pada permulaan Juli 1927 akan di bentuk.

4 Juli 1927
Sukarno dan Algemeene Studie Clubnya memprakarsai pembentukan partai Perserikatan Nasional Indonesia, dengan Sukarno sebagai ketuanya. PNI berpolitik non-cooperatie, zelfhelp, berdasar kebangsaan Indonesia, menentang Kapitalisme dan Imperialisme, dan bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Di dalam memimpin partainya Ir. Sukarno di bantu Gatot Mangkupraja, Maskun, Supriadinata, Mr. Iskaq Cokroadisuryo, dr. Cipto Mangunkusumo, Mr. Sunaryo, Mr. Budiarto dan 4 orang lainnya.

16 Agustus 1927
Berdiri “Persatuan Minahasa” di bawah pimpinan Dr. Tumbelaka dan Dr. Ratulagi, berpolitik cooperatief, berdasar “kebangsaan Minahasa”.

28 September - 2 Oktober 1927
Pemerintah jajahan mengetahui, bahwa SI mulai mendapat hasil yang baik dengan propagandanya yang sudah diperhebat itu, lalu SI di ancam oleh pemerintah (di dalam Dewan Rakyat), dan juga ditangkapilah pemimpin-pemimpin SI di beberapa tempat (Garut, Sukabumi, Probolinggo). Juga diterangkan oleh pemerintah, bahwa ia menganggap tidak pantas “pertanyaan terbuka” yang tersebut di atas tadi.

Dalam kongres yang diadakan di Pekalongan, Pengurus Besar PSI bersikap jinak kembali, berhubung dengan ancaman pemerintah tadi. Di kongres ini diterangkan oleh Haji Agus Salim, bahwa aksi menentang kebijaksanaan pemerintah (cara memerintah), bukan mengandung perlawanan terhadap pemerintah itu sendiri. Terhadap liga diterangkannya, buat sementara waktu akan dicukupkan saja dengan mengirimkan kabar-kabar kepada badan itu, supaya disiarkan di luar negeri. Tentang kongres di Mekkah diterangkan oleh Salim, bahwa kongres itu tidak ada lagi. Raja Ibnu Saud sudah meniadakan kongres itu, sehingga MAIHS harus menjadi suatu Kongres al-Islam Hindia saja kembali.

Kongres SI di Pekalongan menyetujui usul PNI untuk membentuk suatu badan gabungan/federasi. Sesudah di susun peraturan buat sementara, yang dikerjakan oleh PNI (Ir. Sukarno) bersama-sama dengan PSI (Dr. Sukiman), dan kemudian peraturan itu dikirimkannya kepada semua pengurus besar partai-partai yang berjenis-jenis itu. Dibicarakan juga perlunya mengadakan suatu majlis agama untuk menyelesaikan perselisihan-perselisihan faham dalam agama.

17-18 Desember 1927
Dalam sebuah rapat di Bandung, di capai kesepakatan antara wakil-wakil PSI, BU, PNI, Pasundan, Sumatranen Bond, kaum Betawi dan Kelompok Studi Indonesia untuk mendirikan federasi partai politik dengan nama PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia). Mr. Iskaq Cokroadisuryo menjadi pemukanya. Yang menjadi anggota PPPKI adalah :

Anggota PPPKI :
PNI (Ir. Sukarno, Mr. Iskaq).

Algemeene Studie Club (Mr. Sartono, Mr. Budiarto, Dr. Samsi, ketiga-tiganya itu anggota PNI)

PSI (Dr. Sukiman, Syahbudin Latif)

Budi Utomo (Kusumo Utoyo, Sutopo Wonoboyo)

Pasundan (Oto Subrata, Bakri Suryaatmaja, S. Senjaya)

Sarikat Sumatra (Parada Harahap, Dahlan Abdullah)

Kaum Betawi (Thamrin)

Indonesische Studie Club (Suyono, Gondokusumo, Sunyoto)
Gabungan ini berusaha mencapai :

Menyamakan arah aksi kebangsaan, memperkuatnya dengan memperbaiki organisasi, dengan kerja bersama antara anggota-anggotanya dan dalam pada itu.

Menghindarkan perselisihan sesama anggotanya, yang hanya bisa melemahkan aksi kebangsaan saja

Sesuai dengan ini maka ditentukan, bahwa di dalam gabungan itu tidak akan diperundingkan azas-azas, tentang mana partai-partai yang tergabung itu mempunyai faham yang berlain-lainan (umpamanya agama, non-koperasi). Hanya keputusan-keputusan yang sudah di ambil dengan suara bulat itulah saja, yang mengikat semua partai.

Desember 1927
Dalam kongres PSIHT (Partai Syarikat Islam Hindia Timur) di Pekalongan, S.M. Kartosuwiryo terpilih menjadi Sekretaris Umum PSHIT. Kemudian diputuskan juga melalui kongres, bahwa pimpinan partai harus dipindahkan ke Batavia.

Kongres PSI pada tahun tersebut menegaskan azas perjuangannya, bahwa tujuannya dinyatakan kemerdekaan Nasional berdasarkan agama Islam. Kemudian, terjadi perubahan nama dari PSI (Partai Sarikat Islam) menjadi PSII (Partai Sarikat Islam Indonesia).

Semenjak tahun 1927, S.M. Kartosuwiryo masuk ke dalam Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Disinilah ia mulai memperoleh bimbingan pribadi dari H. Umar Sa’id Cokroaminoto, pemimpin PSII dan tokoh pergerakan politik terkemuka pada saat itu. Ia akhirnya menjadi sekretaris pribadi dari H. Umar Sa’id Cokroaminoto hingga tahun 1929.

26-29 Januari 1928
Kongres SI di Mataram (Yogyakarta) memperingati hari berdiri SI 15 tahun. Berdirinya Majlis Ulama. Di kongres itu dibicarakan juga tafsir Qur’an, yang sedang dikerjakan oleh Cokroaminoto, namun akhirnya penerbitannya di tunda sampai Majlis Ulama mengambil ketentuan terhadap tafsir itu. Cara H.U.S. Cokroaminoto menterjemahkan al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia di cela, karena menyerupai pekerjaan Ahmadiyah. Dibicarakan pula Bank Nasional.

20 Mei 1928
Sarekat Madura dalam rapatnya memajukan kebangsaan Indonesia.

29-30 Mei 1928
BU mengeluarkan manifesto untuk mencela sikap pemerintah yang membeda-bedakan golongan Nasionalis serta berseru supaya persatuan Nasional dirapatkan.

Mei 1928
Perubahan nama partai Perserikatan Nasional Indonesia menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI).

8 Juni 1928
Berdirinya SKBI (Serikat Kaum Buruh Indonesia) yang Komunistis.

30 Agustus - 2 September 1928
Kongres pertama dari PPPKI di Surabaya. Persatuan dikemukakan, juga dibicarakan pengajaran kebangsaan. Di ambil mosi : Anggaran PPPKI tidak boleh mencela azas atau tujuan lain anggota. Segala perselisihan akan diputuskan dengan damai. Dibicarakan juga soal koperasi dan Bank Nasional.

27-30 September 1928
Rapat Majlis Ulama Indonesia (organisasi SI bagian keagamaan) di Kediri yang memutuskan, bahwa terjemahan tafsir Qur’an itu boleh diteruskan, asal dilakukan dengan pengawasan majlis itu. Di rapat itu Cokroaminoto (penterjemah) di bantu oleh utusan Ahmadiyah, Mirza Wali Ahmad Beig. Ditetapkan Bank Nasional tidak boleh memungut rente (riba).

8-11 Oktober 1928
Pada dasarnya NU tidak mencampuri urusan politik. Dalam kongresnya di Surabaya, di ambil keputusan untuk menentang reformasi kaum modernis dan perubahan-perubahan yang dilakukan Wahabi di Hijaz. Pusat-pusat NU ada di Surabaya, Kediri, Bojonegoro, Bondowoso, Kudus dan sekitarnya.

26-28 Oktober 1928 Kongres Pemuda (Jeugdcongres) yang ke-2 di Jakarta di bawah pimpinan PPPI (perserikatan mahasiswa). Kongres mengakui rakyat Indonesia berbangsa satu, bertanah air satu, berbahasa satu.

Pertama kali diperdengarkan lagu Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman.

Pengurus Kongres Pemuda : Kaca Sungkana, Rochyani, Amir Syarifudin, Mohammad Yamin, Sugondo Joyopuspito (Ketua Kongres), Joko Marsaid, Johan Mohammad Caia, Abdul Sukur dan Senduk.

22-25 Nopember 1928
Kongres Kaum Istri pertama di Mataram (Yogya), yang dikunjungi oleh Wanita Utomo, Aisyiyah Putri Indonesia, Wanito Katholik, Wanito Mulyo, cabang istri dari SI, Jong Islamieten Bond, Jong Java dan Taman Siswa. Pemuka (ketua) Ny. Sukonto. Dibicarakan emancipatie kaum istri, polygamie dan pendidikan. Didirikan “

"Perikatan Perempuan Indonesia” (PPI), suatu federasi dari segala perkumpulan istri serta di ambil mosi supaya pemerintah menambah jumlah sekolah anak perempuan; supaya “takliq” diwajibkan akan diterangkan pada tiap-tiap perkawinan secara Islam dan supaya pemerintah membuat aturan tentang pemberian bantuan kepada janda dan yatim dari pegawai-pegawai negeri.

Januari 1929
Kongres PSII di Jakarta.

25-27 April 1929
Kongres di Surabaya, yang diadakan oleh PSII daerah Jawa Timur, membicarakan masalah ekonomi, politik, pergerakan, wanita dan organisasi sekerja. Kongres tersebut membicarakan derajat kaum wanita dalam Islam dan kritik dari kaum Nasionalis, diantaranya dr. Sutomo. Di kongresnya sendiri itu SI di serang bukan oleh Studie Club saja, tetapi juga oleh PPII (Perikatan Perhimpunan Istri Indonesia), Sarekat Madura dan PNI tentang soal poligami. Juga dibicarakan akan perginya H. Agus Salim ke Geneve (Volkenbond).

Mei - Juni 1929
H. Agus Salim di Internationale Arbeidsconferentie di Geneve sebagai pembantu ahli pada utusan kaum buruh Negeri Belanda di konferensi itu, berbicara tentang kerja paksaan (heerendienst).

1-4 Agustus 1929
Kongres PCI (Persatuan Cooperatie Indonesia) di Betawi.

2-6 Agustus 1929
“Provinciaal Congres” PSII daerah Jawa Tengah di Cilacap, pun dengan hasil yang sedikit, seperti di Jawa Timur. Dibicarakan non-koperasi, perhubungan dengan luar negeri dan dengan organisasi-organisasi dalam negeri, Kapitalisme dan Kolonialisme. Soal wanita tidak dibicarakan.

16-19 Agustus 1929
Kongres PSII daerah Jawa Barat di Garut adalah lebih berhasil. Di kongres ini berbicara juga Ir. Sukarno dan Gatot Mangkupraja dari PNI, keduanya menjelaskan riwayat Kapitalisme dan Imperialisme dan menunjukkan keperluan adanya persatuan yang kokoh, supaya mendapat kembali kemerdekaan, maksud ini akan tercapai hanyalah dengan kekuatan dan Nasionalisme yang tidak dapat dipatahkan. Dibicarakan kepergian H. Agus Salim ke Geneve; derajat perempuan dalam Islam; pergerakan sekerja; Imperialisme dan Kapitalisme. Beberapa ulama membicarakan Nasionalisme berdasarkan Islam. Kongres itu dihabisi dengan seruan “Indonesia Merdeka”.

September 1929
Organisasi modernis Islam Gerakan Ahmadiyah Indonesia didirikan oleh Mirza Wali Ahmad Beid. Ahmadiyah di Indonesia ini tidak mencampuri politik dan hanya mempersoalkan prinsip-prinsip keagamaan dalam Islam dan pengaruhnya banyak di kalangan pemuda dan pelajar yang berpendidikan Barat.

Oktober 1929
Gubernur Belanda Jawa Barat melarang pegawai polisi menjadi anggota PNI.

1 Oktober 1929
Komandan Pasukan Hindia Belanda melarang pegawai Departemen van Oorlog, anggota militer dengan keluarganya serta pembantu rumah-tangganya di seluruh Indonesia menjadi atau memasuki PNI.

18 Oktober 1929
Circulaire (surat edaran) Pemerintah Belanda menerangkan bahwa nyanyian “Indonesia Raya” adalah nyanyian bersifat club (perkumpulan) atau nyanyian perkumpulan PNI. Dan sikap pegawai negeri dalam persidangan umum, harus neutral terhadap nyanyian itu.

28-29 Desember 1929
Kongres PPI di Jakarta. Dibicarakan soal kaum wanita, antara lain tentang penggundikan. Di ambil mosi supaya pemerintah melarang penggundikan. PPI menukar nama menjadi PPII (Perikatan Perhimpunan Istri Indonesia).

Tahun 1929
S.M. Kartosuwiryo menikah dengan Dewi Siti Kulsum. Pada tahun tersebut, di dalam Kongres PSII, ia di angkat menjadi Komisaris PSII untuk wilayah Jawa Barat.


Sumber : http://www.islamina.blogspot.com/

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda