Merenungkan Hasil Jihad
Oleh Syaikh al-Maqdisi
Pendahuluan Sebelum Renungan
Bismillahirrahmanirrahim
Ini adalah kepedulian pena dan kepadihan penjara yang saya tuang dalam tulisan sebagai bentuk kepedulian terhadap ikhwan saya serta sebagai ketulusan terhadap dakwah, para da’i, jihad dan para mujahidin
Saya sarankan setiap da’i dan mujahid untuk membacanya, mentadabburinya, mentelaahnya dan mengambil pelajaran dari pengalaman-pengalaman dan contoh-contoh yang saya tuangkan didalamnya, serta tidak memilah-milah pengambilan pelajaran ini dan menyepelekan hasil-hasilnya atau menyia-nyiakan dengan cara mencari-cari tentang siapa orang yang dimaksud oleh syaikh dan berpikir mungkin saja yang ia maksudkan si fulan atau ‘alan … karena masalahnya adalah lebih besar dari sekedar sosok-sosok orang.
Bahayanya adalah lebih besar dari pengkerdilan ini, kita sangat butuh kepada akal-akal yang menjauhkan dirinya dari sikap dangkal dalam penanganan berbagai permasalah, dan ia tidak memfokuskan atau membatasi masalah-masalah itu pada sosok-sosok atau nama-nama tertentu. Hari ini agama Islam diperangi dari berbagai penjuru dan jihad juga mendapatkan pencorengan diberbagai bidang dan dengan aneka ragam sarana dan cara serta tipu muslihat sehingga harus ada renungan-renungan koreksian untuk kelanjutan perjalanan dan langkah pembenahan dan bimbingan bagi setiap orang yang memiliki kecemburuan terhadap dien ini. agar kita meningkat naik dengan pola pikir pemahaman kita, dakwah kita, amal kita kepada level tantangan.
Dan lembaran-lembaran ini tidak lain adalah upaya dalam tujuan ini. Saya memohon kepada Allah Ta’ala agar menerimanya dari saya dan memberikan kepada saya dan ikhwan saya manfaat dengannya serta menjadikan tulus bagi wajahNya yang Mulia.
Shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada Nabi kita Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam, kepada keluarganya serta para shahabat semuanya.
Antara Kebodohan akan Realita dan Kebodohan akan Syari’at
Sebelumnya saya memohon kepada Allah ta’ala agar saya berjumpa denganNya tanpa pernah menulis satu kalimatpun yang dengannya saya membuat thaghut senang. Oleh karena itu saya membuka materi saya ini dengan mengingatkan secara berulang kali terhadap apa yang telah saya tulis yakni seputar kewajiban membela (nushrah) kaum Muslimin di Palestina, Afghanistan, Chechnya, Iraq dan disetiap belahan bumi ini dan (mengingatkan) terhadap apa yang telah saya tulis seputar kekafiran setiap orang yang membantu kaum kafir Timur atau Barat atas kaum Muslimin itu dan kebolehan memerangi salibis Amerika juga orang-orang kafir yang memerangi yang memerangi kaum Muslimin di setiap tempat termasuk mereka yang berada di Tanah haram serta keberlepasan kaum MUwahiddin dari perjanjian-perjanjian Thaghut dan jaminan mereka terhadap wali-wali mereka yang memerangi dien ini.
Saya telah menulis ini semuanya dan yang lainnya dengan penuh ketegasan dan kejelasan bihamdillah dan saya masih senantiasa membayar harga ketegasan dan kejelasan itu sampai detik ini, saya memohon kepada Allah ta’ala penerimaan dan husnul khatimah.
Sebagaimana dalam apa yang telah saya tulis, saya mengingatkan bahwa jihad dan Nusrah dan serta kaum muslimin ini wajib dikendalikan dengan batasan-batasan syari’at seraya didalamnya memperhatikan Fiqhul Waqi’(kepahaman akan realita) dan mashlahat Islam dan kaum Muslimin dengan mengedepankan sesuatu yang paling manfaat bagi dienullah dan sesuatu yang paling memukul dan membuat gentar musuh-musuh Allah. Maka agar sang Mujahid dengan jihadnya mendapatkan ridha Allah maka dia wajib menggabungkan antara pemahaman terhadap tujuan-tujuan syari’at pada faridhah jihad dengan penguasaan pengetahuan terhadap realita yang ia hidup didalamnya agar ia bisa memperhitungkan apa yang paling manfaat bagi jihad dan kaum muslimin serta apa yang bisa memukul musuh-musuh dien ini . Itu dikarenakan Al-haq itu sebagaimana yang telah dijelaskan oleh ulama’ kita adalah tidak tercapai kecuali dengan menggabungkan dua pemahaman ini sedangkan kebodohan terhadap salah satu dari dua fiqh (pemahaman) ini adalah penyia-nyiaan terhadap banyak nyawa orang-orang yang tak berdosa dan bahkan juga nyawa mujahidin serta pembuangan yang sia-sia bagi kekuatan-kekuatan kaum muslimin dan penceceran bagi hasil-hasil jihad mereka maka bagaimana bila terdapat dua gabungan antara dua kebodohan ini semuanya??
Ini adalah renungan-renungan yang berkaitan dengan materi ini, didalamnya saya memberikan nasehat bagi Jihad dan mujahidin.
Diterjemahkan dari Waqfat ‘ala tsamratil Jihad
oleh Ustadz Aman Abdurrahman
Label: tauhid
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda